Sebuah fenomena baru menggelinjing seiring berjalannya berbagai himpitan yang mendera rakyat negeri ini. Sebuah kebijakan non populis kembali diambil para petinggi negara, BBM kembali naik dengan alasan kehabisan nafas APBN karena beban subsidi untuk menutupi kebijakan pemberian subsidi bagi rakyatnya. Padahal merunut data Kompas, pemberian subsidi BBM sebelum kenaikan BBM lebih banyak terserap sekitar 40 % untuk orang-orang kaya atau pejabat, sedangkan rakyat miskin hanya merasakan 11 % dari pemberian subsidi. Padahal, alangkah naifnya bahwa kebijakan BBM kali ini lebih menguntungkan kaum-kaum kaya-raya. Jadi, untuk apa berdirinya negara ini kalau duet presiden saat ini hanya memanjangkan nafas kaum parlente, sedangkan rakyat hidup kembang kembis memikirkan perjalanan hidupnya hari per hari.
Wajar pula ungkapan sebuah parodi demokrasi yang pernah hadir beberapa waktu lalu, bahwa negeri ini diibaratkan negeri yang Benar-Benar Mabok.....! karena kebijakan kenaikan BBM ini telah merusak sendi-sendi kehidupan rakyat kecil yang dulunya sangat sulit menjadi bertambah melarat. Angka statistik menunjukkan bahwa angka inflasi negeri sebelum kenaikan BBM mencapai 40 %, mungkin saja kenaikan BBM ini akan menaikkan inflasi menjadi 50 – 60 %. Dan, inikah penyelamatan untuk negara yang didengungkan presiden kita, karena hanya untuk menutup kerugian negara tapi kian menyengsarakan rakyatnya yang 19 % terhimpit kemiskinan (BPS).
Untuk menutupi kebijakan penaikan BBM, pemerintah melalui Menko Perekonomian telah menelenturkan subsidi melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT). Lagi-lagi pemerintah memanjakan rakyatnya menjadi bangsa pengemis, karena BLT ini akan membuat rakyat kita menjadi malas karena pemerintah telah mampu mensubsidi rakyatnya. Tapi, mungkinkah kebijakan BLT ini mampu menolong desakan inflasi, karena dunia transportasi dan ketenagakerjaan merupakan sektor penting yang terkena impas kenaikan BBM ini. Ini jelas terlihat dengan demo-demo kaum buruh menuntut kelayakan upah dan para supir yang juga menuntut kenaikan tarif akibat kenaikan BBM.
Alhasil, kita berdoa semoga negeri ini kian diberikan ketenangan, bukan hujan masalah akibat pemimpin yang salah urus negeri ini. ( e_green institute)