Sosok Muammar Khadafi dikenal sebagai salah satu pemimpin afrika penuh kontroversi. Sepanjang riwayatnya, pria yang lahir di gurun Sirte pada 1942 ini dikenal sebagai pemimpin yang lain dari yang lain. Dia berani, tegas, dan tak takut untuk berpendirian. Khadafi dikenal sebagai salah satu dari segelintir pemimpin dunia yang berani mengatakan tidak atas keperkasaan Amerika Serikat (AS). Pria yang mulai berkuasa pada 1 September 1969 ini memperlihatkan diri sebagai orang yang mampu menolak untuk tunduk kepada negara adikuasa itu selama bertahun-tahun. Jiwa berjuang sudah terpupuk di dalam sanubari Khadafi sejak muda.
Perangainya keras, unik,dan juga cerdik. Seperti dikisahkan oleh Jonathan Mann, reporter CNN, saat kali pertama bertemu Khadafi pada 2005. Pertemuan itu benar-benar sulit hilang dari benaknya karena saat itulah dia menyadari bahwasanya Khadafi adalah sosok yang aneh. Misalnya saat wawancara berlangsung, tiba-tiba Khadafi mengancam akan menggugat Mann karena menanyakan soal demokrasi di Libya. “Bila ada yang bilang bahwa Libya itu tidak demokratis, maka hal itu saya anggap sebagai penghinaan besar. Untuk mengembalikan kehormatan akibat penghinaan itu, hanyalah lewat pengadilan. Akan saya gugat Anda,” katanya dengan nada keras. Itu bukan kali pertama Khadafi berang bila disinggung soal demokrasi di negaranya.
Sikap anti Barat-nya kental. Dia menjadi sponsor gerakan anti imperialisme dan zionisme. Pada dekade 70an hingga 90an, Libya bahkan menjadi kawah pelatihan bagi kelompok radikal seperti Brigade Merah dari Jepang, "September Hitam" dari Palestina, MILF dari Filipina, dan IRA dari Irlandia Utara. Mimpinya tentang Arab bersatu dipengaruhi gagasan Nasser. Khadafi berniat meneruskan Pan Arabisme yang dirintis presiden pertama Mesir itu. Maka, dua tahun setelah Nasser wafat pada 18 September 1970, Khadafi menggagas pendirian "Federasi Republik-republik Arab," meliputi Libya, Mesir, dan Suriah. Tapi ide itu gagal. Dia mencoba lagi pada 1972, dengan menggandeng Tunisia, tapi usaha itu kempis. Ironisnya, gagasan itu berlawanan dengan tabiatnya yang suka berkelahi dengan tetangga. Misalnya, pada 1969, tak lama setelah dia berkuasa, Libya berperang dengan Chad. Menurut Gérard Prunier, penulis buku Darfur: a 21st century genocide, alasannya saat itu tak masuk akal: gara-gara presiden Chad saat itu seorang Kristen, dan berkulit hitam. Perang Libya-Chad berakhir pada 1994, melalui keputusan Mahkamah Pengadilan Internasional.
Selain itu, Libya pun sempat baku tembak dengan Mesir selama beberapa hari pada 1977. Soalnya, Khadafi kesal dengan manuver Presiden Mesir saat itu, Anwar Sadat, yang berdamai dengan Israel, setelah keduanya terlibat Perang pada Oktober 1973. Khadafi memang anti-Israel. Dia bahkan jengkel dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pimpinan Yasser Arrafat. Pada 1995, Khadafi mengusir 30.000 warga Palestina dari Libya, setelah setahun sebelumnya PLO menggelar kesepakatan damai dengan Israel. Khadafi juga berang dengan Mesir, karena melindungi dua perwira Libya pelaku rencana kudeta atas dirinya pada 1975. Konflik Libya-Mesir yang berlangsung empat hari akhirnya berakhir, setelah ditengahi oleh Aljazair. Dengan politik yang keras seperti itu Libya di bawah Khadafi akhirnya menjadi sorotan. Dia dibenci Barat karena mensponsori kelompok teroris. Dia dicap menjadi rezim berbahaya, karena diketahui mengembangkan senjata penghancur massal untuk menandingi musuhnya di Barat.
Maka, tak heran Presiden AS, Ronald Reagan, menjuluki dia sebagai "anjing gila", yang membuat Reagan menghujani Tripoli dan Benghazi dengan serangan bom pada 14 April 1986. Serangan itu terjadi setelah agen-agen Libya diketahui meledakkan suatu klab malam di Berlin, Jerman, pada 5 April 1986. Insiden itu membunuh tiga orang, dan melukai 229 lainnya - lebih dari 50 orang diantaranya tentara Amerika.
Tahun 1988, terjadi tragedi peledakkan atas pesawat Pan American yang terbang di langit Lockerbie, Skotlandia. Ratusan penumpang dan awak pesawat tewas. Agen Libya dituduh terlibat dalam aksi keji itu. Setelah sempat menyangkal, rezim Khadafi belakangan menerima tanggungjawab tragedi di Lockerbie, dan bersedia membayar uang duka kepada keluarga semua korban. Menurut catatan harian Telegraph, Tragedi Lockerbie tampaknya "petualangan terakhir" Khadafi dalam terorisme internasional. Pada dekade 1990-an, Libya mulai rujuk dengan Barat. Dia rupanya tak tahan hidup, terisolasi, dan banyak musuh, baik dari Barat maupun Arab.
Dipandang AS sebagai tokoh yang tidak menanamkan demokrasi di negaranya, Khadafi menyerang balik pengkritiknya itu dengan menguliahkan demokrasi kepada akademisi Negeri Paman Sam di Colombia Univeristy, New York, via satelit pada 2006. “Tidak ada negara lain di dunia ini yang menerapkan demokrasi selain Libya,”tandas Khadafi dan menyebut demokrasi Barat “palsu” dan “konyol”. Bagi Khadafi, tak ada sistem yang lebih baik daripada sistem jamahiriya atau negara massa. Menurut dia, sistem itu memberikan kesempatan mendasar bagi rakyatnya di Libya untuk mengungkapkan pandangan mereka di “kongres rakyat”.
Dalam surat kawat diplomatik rahasia yang dibocorkan Wiki- Leaks, diplomat Amerika Serikat menggambarkan Khadafi sebagai sosok yang terlalu cemas terhadap kesehatannya yang takut terbang di atas air. Namun dia adalah sosok yang taat beribadah, selalu berpuasa setiap Senin dan Kamis. Surat kawat itu juga menyebutkan, dia adalah penggemar berat balap kuda dan dansa flamenco yang pernah memberikan titel kepada dirinya sebagai “Raja Kebudayaan”. Surat kawat itu juga melaporkan, kemanapun dia pergi, dia selalu dikawal seorang gadis pirang cantik, yang merupakan anggota perawat Ukrainanya. Khadafi juga suka catur. Pada Maret 2004, FIDE, badan dunia catur, mengumumkan pemimpin Libya itu menyediakan hadiah uang bagi pemenang Kejuaraan Dunia Catur pada Juni-Juli 2004 yang digelar di Tripoli. Ia juga menyelenggarakan kontes kecantikan Miss Net World yang pertama bagi Libya dan yang pertama bagi dunia untuk ajang kontes ratu-ratuan yang diselenggarakan di internet.
Kitabul Akhdlar/Green Book
Khadafi menyusun rumusan dari Revolusi Budaya Libya di Buku Hijau yang kemudian tumbuh menjadi tiga seri itu. Banyak pengamat asing membandingkan Revolusi Budaya Libya dengan yang terjadi di China. Green Bookpun disandingkan dengan Red Book milik Mao Zedong. Kedua buku itu didistribusikan secara meluas baik di dalam maupun di luar negeri. Keduanya ditulis dengan gaya yang sederhana dan mudah dimengerti. Banyak pula slogan-slogan yang mudah diingat. Dari segi ukuran, Green Book memang tak terlalu besar meski dampaknya memang tak bisa dilebih-lebihkan. Buku pedoman ini bak Al Quran atau Alkitab bagi bangsa Libya. Dalam pengembangannya, Green Book tak jauh beda dengan Red Book dalam hal upaya mengimplan sebuah sistem pemikiran ke orang-orang yang membacanya. Terutama yang berdampak langsung terhadap buku tersebut.
Majalah Al Wai’e edisi nomor 117 Syawal 1417/1997 yang terbit di Beirut menurunkan tulisan Ma’ali Abdul Hamid Hamoudah yang pernah berkunjung ke Libya untuk menghadiri undangan Universitas Nasser Internasional pada Lomba Ilmiah 23-31 Juli 1996 yang kiranya dapat menyingkap tabir Muamar Khadafi. Hamoudah menulis bahwa Khadafi adalah penguasa diktator yang sejak Revolusi September 1969 hingga kini justru selalu menentang Islam. Hamoudah menulis bukti-bukti pernyataannya sebagai berikut : Pertama, Khadafi melancarkan program Ar Ruhbanah Ats Tsauriyah atau "Kerahiban Revolusioner" yakni gerakan Kerahiban Wanita Revolusioner sebagai sayap wanita dalam komite revolusi sejak tahun 1981. Para wanita yang mengikuti program ini menolak kawin dan tanggungjawab keluarga. Mereka dilatih dengan latihan militer dan diberi perlengkapan militer. Dan para wanita yang menjadi rahib revolusioner itu mewaqafkan diri mereka kepada Khadafi dengan anggapan seperti para biarawati Nasrani mewaqafkan diri kepada Yesus.
Program ini sebenarnya ditentang rakyat Libya karena memang kerahiban tidak ada dalam Islam. Di samping itu keluarga-keluarga Libya khawatir terhadap puri-putri mereka kalau-kalau terpengaruh oleh gerakan yang berlandaskan kekacauan moral dan ketidaktahuan terhadap nilai-nilai Islam tersebut. Namun sebagaimana biasanya, Khadafi mencari-cari dalih untuk membenarkan sikap dan tindakan yang nyeleneh itu. Dia mengatakan bahwa gerakan kerahiban wanita itu merupakan bentuk nyata untuk membebaskan Palestina dan Masjidil Aqsha serta tanah-tanah Arab yang diduduki Israel.
Kedua, Pemerintahan Khadafi melalui keputusan Menteri Kesehatan membolehkan para dokter melakukan praktek aborsi (menggugurkan bayi dari kandungannya) secara resmi di rumah-rumah sakit umum milik pemerintah. Masyarakat pun menghubungkan keputusan berbahaya itu dengan program kerahiban wanita revolusioner dan wajib militer bagi para gadis Libya yang berpeluang besar kepada terjadinya pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Ketiga, Khadafi menolak sunnah Nabi Muhammad saw. Dia hanya menerima Al Qur’an. Untuk menggantikan posisi As Sunnah, Khadafi menulis buku yang berjudul Kitabul Akhdlar atau "Kitab Hijau" (Green Book). Isinya terdiri dari tiga bagian atau bab yang antara lain menyebutkan bahwa semangat nasionalisme mengalahkan semangat keagamaan, dan ekonomi mesti ditata dengan ekonomi sosialis. Dalam pertemuan ilmiyah tahun 1996 yang diikuti penulis tersebut, forum yang didesain dengan sosialisasi ide-ide yang ada dalam Green Book itu diisi para pembicara yang membahas topik-topik yang bertentangan dengan Islam dan bernuansa sosialis, seperti: Zandaqah (kezindiqan) dan penggunaan agama untuk politik, demokrasi dan HAM dalam perspektif massa, gerakan historis, serta sistem ekonomi dalam perspektif sosialis kolektif. Bahkan sangat disayangkan bahwa dalam rapat pembukaan, salah satu penanggung jawab acara itu mengatakan bahwa Qadafi adalah seorang nabi. Dan salah seorang panitia pengarah mengatakan bahwa penerapan syari’at Islam itu sekedar pilihan (opsional), yakni bukan wajib.
Keempat, dalam membela sosialisme, Khadafi mengatakan kepada para kepala negara Arab: "Kalian sekarang memanen apa yang kalian tanam. Kalian telah memerangi gerakan revolusioner, Gerakan modernisasi/progressif Arab, gerakan Nashiriyah, kalian memerangi pemikiran revolusioner, pemikiran modernis". Khadafi juga mengatakan: "Kita wajib berperang demi sosialisme dan memuaskan masyarakat dengan sosialisme". Yang amat menyakitkan lagi Khadafi mengatakan: "Janganlah kalian terkecoh terhadap ucapan yang mengatakan bahwa sosialisme telah jatuh dan bahwasannya sosialisme telah gagal. Sosialisme belum tegak sehingga bagaimana dikatakan gagal. Dan sosialisme bila telah tegak tidak akan jatuh".
Kelima, Khadafi membentuk komite-komite revolusioner di setiap tempat, perusahaan, pabrik, pasar, sekolah, fakultas, tentara dimana kebanyakan anggota komite-komite itu dari badan intelijen Libya yang pekerjaannya terus-menerus memonitor masyarakat. Bahkan kepada para dosen dan mahasiswa tamu yang belajar dan mengajar di negerinya, Khadafi berpesan agar mendirikan komite revolusioner dan gerakannya di negara masing-masing.
Pemimpin Nyentrik
Meski dipandang kontroversial, Khadafi melihat dirinya sebagai seorang intelektual. Pada satu lawatan ke Italia beberapa tahun lalu, Khadafi menjamu ratusan perempuan setempat. Dia membujuk mereka menjadi mualaf. Laman spesialis pembocor rahasia diplomatik AS, WikiLeaks, juga mengungkapkan Khadafi punya perawat perempuan asal Ukraina, bertubuh seksi, dan berambut pirang. Wartawati senior BBC, Katie Adie, selalu teringat sifat nyentrik Khadafi. Saat bertemu untuk wawancara di Tripoli pada 1984, Khadafi memberi Adie dua buah buku, dan satu ucapan. "Buku pertama adalah Kitab Hijau, dan kedua adalah Kitab Suci Al Quran. Setelah itu, dia berucap kepada saya, 'Selamat Natal'," kata Adie seperti ditulisnya di harian The Guardian.
Bagi aktivis di Libya, seperti Mohammed al-Abdalla, Khadafi adalah diktator yang brutal. "Era 70-an, saat menghadapi gerakan mahasiswa, Khadafi terang-terangan menggantung para mahasiswa, yang berdemonstrasi di alun-alun Tripoli dan Benghazi," ujar al-Abdalla, sekrektaris jenderal Front Nasional untuk Keselamatan Libya, seperti dikutip stasiun berita Al Jazeera. "Dia melakukan eksekusi, yang mungkin paling brutal pernah kami saksikan, atas 1.200 tahanan di penjara Abu Salim. Mereka sudah dipenjara, lalu dieksekusi dalam waktu kurang dari tiga jam," kata al-Abdalla. Kini, si kolonel tanpa urat takut, dan kadang ngawur itu, kembali tampil brutal. Sejak 15 Februari lalu, dia menghabisi rakyat yang kini menentangnya. Akankah dia mendengar teriakan rakyat Libya itu?. Satu bekas menterinya yang membelot, Abdul Fattah Younis al Abidi, mengatakan Khadafi adalah pemimpin 'keras kepala'. Abidi mengenal Khadafi sejak 1964. Dia yakin, sang kolonel akan bertindak ekstrim. "Dia akan memilih bunuh diri, atau dibunuh," kata Abidi.
Akhir kisah sang Diktator
Pria kharismatik yang berpuluh tahun memimpin Libya akhirnya tewas ditembak mati, Kamis (20/10), oleh rakyatnya sendiri yang belakangan memberontak. Ia tewas secara mengenaskan di Sirte, kampung halamannya yang menjadi benteng terakhir menghadapi NTC dan pasukan sekutu yang terus menggempurnya.
Seperti dilansir dari detik.com, setelah melakukan pelarian selama berbulan-bulan, Muammar Khadafi akhirnya berhasil ditangkap dalam keadaan tewas. Khadafi harus mengakhiri hidup dengan luka tembak di dada, kaki, dan kepala. Khadafi tewas ditembak pejuang Dewan Transisi Nasional setelah pengawal Khadafi membuka persembunyian Presiden Libya itu. Padahal, saat itu Khadafi tengah bersembunyi di lubang drainase berdiameter 1 meter. Dari gorong-gorong penuh sampah dan pasir.
Seperti dilansir dari detik.com, mantan Presiden Megawati Soekarno Putri mengatakan memuji sikap Presiden Libya Moammar Khadafi. Walau tewas secara mengenaskan, keberanian Khadafi mempertahankan sikap agar tak diintervensi asing patut diapresiasi. Khadafi berani mati demi mempertahankan agar ladang minyak Libya tidak dikuasai asing. Megawati menyebut, jatuhnya Khadafi karena intervensi asing yang mengincar ladang minyak Libya. Padahal, Libya dibawah kendali Khadafi berencana menggenjot angka produksi minyaknya. Dari 600 ribu barel, produksi minyak milik Libya akan ditingkatkan menjadi 1.6 juta barel.
Disarikan dari berbagai sumber