Sebuah fenomena klasik kembali bergulir di tengah keseriusan berbagai pihak melakukan kerja-kerja kemanusiaan di Aceh, BRR atau Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi yang menangani perbaikan bagi bencana gempa bumi dan tsunami untuk Aceh dan Nias kembali dipertanyakan kerja-kerja kemanusiaannya. Setelah beberapa minggu yang lalu kita mendengar bagaimana tidak becusnya kinerja BRR dalam rehab/rekon pembangunan rumah korban gempa dan tsunami di Pulau Simeulue. Maka kejadian mengenaskan kembali menimpa lembaga yang dipimpin oleh Kuntoro ini, melalui media telah tersulut kabar robohnya pagar pembatas stadion di Gunung Sitoli, Nias.
Kinerja buruk lagi, ironi memang karena lembaga yang begitu di dewa-dewakan oleh Presiden SBY ini kembali memperkosa dirinya sendiri dengan berbagai masalah yang tak tertangani professional, padahal di awal terbentuknya lembaga ini telah tercitra bahwa lembaga bentukan Pemerintah ini akan menangani permasalahan rehab/rekon secara professional. Professional memang, proses dimana yang hanya tampak pada pelaporan kepada donatur dan Presiden sebagai induk semang, berbagai laporan kemajuan BRR disajikan sangat baik dan terbangun keberhasilan yang sangat fantastis. Tapi, apa lacur ketika berbagai permasalahan rehab/rekon menghantam lembaga ini dan yang sangat disayangkan BRR berdiri di balik tameng media lokal dan nasional yang membentuk koloni karena menganggap BRR itu funding father-nya.
Berbagai plesetan terbangun, dimana BRR ibarat lembaga yang hanya berperan untuk Bagi Rame-Rame (BRR), apakah itu penanganan proyek dan berbagai permasalahan mengenai ketidakjelasan semangat profesionalisme yang ingin mereka wujudkan. Sehingga yang terkatrol di lembaga ini sebuah konflik baru dengan elit garis bawah; apakah masyarakat korban atau dengan penyelenggara proyek BRR tentunya. Pertanyaannya sekarang ialah, akan kita apakan lembaga BRR ini? Karena BRR lebih banyak mengusahkan masyarakat daripada memberi mamfaat, karena oknum-oknum pekerja yang bermental korup dan penjilat yang hanya datang ke Aceh untuk mengeruk kekayaan.
Kita bubarkan saja atau kita tunggu reaksi funding father negeri ini untuk menentukan pilihan bagi Bapak Kuntoro dan konconya………? Banda Aceh, 16 Maret 2008 (Yef)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar