18 Maret 2008

MEMBANGUN ACEH MELALUI PENGUATAN SEKTOR UNGGULAN: AKANKAH HANYA PARADIGMA?

Sebenarnya ide pembangunan berbasis keunggulan daerah sudah dilaksanakan sejak dulu di Aceh. Semasa Gubernur Prof. Ibrahim Hasan di tahun 1990-an telah dicanangkan program ini melalui strategi kawasan ( zoning strategy) dalam "10 Terobosan Pembangunan Aceh" yang sangat populer kala itu. Kemudian, diputuskan bahwa masing-masing daerah diharapkan mampu mengembangkan komoditas unggulan masing-masing daerah. Saat itu, Gubernur NAD membacakan suatu komitmen dukungan pemerintah untuk pemberdayaan ekonomi unggulan di masing-masing daerah dan menghimbau para pihak, pemerintah daerah, pengusaha besar, perbankan, asosiasi pedagang dan professional untuk turut menyukseskan program ini.
Deklarasi tersebut menyadari bahwa ide pengembangan sektor unggulan di masing-masing daerah merupakan ide yang sangat baik. Dalam ilmu ekonomi, konsep ini dinamakan sebagai keunggulan perbandingan ( comparative advantage). Suatu daerah akan unggul bila memiliki 'sesuatu' dimana ia akan lebih efisien memproduksi barang tersebut dibandingkan barang yang lain. Contohnya, Kabupaten Pidie bisa saja mengembangkan komoditas kopi-karena sebagian tanah di Pidie (Tangse) cocok ditanami kopi. Tetapi akan sangat efisien bila Pidie berkonsentrasi pada komoditas lain selain kopi – kacang kuning misalnya. Karena komoditas kopi merupakan keunggulan tanah Gayo yang memiliki iklim lebih baik dan lahan produksi yang memenuhi skala ekonomis ( economic of scale) dibandingkan dataran Pidie pada umumnya.
Disamping keunggulan komparatif, Michael E. Porter – professor manajemen strategi dan persaingan dari Harvard Business School, AS, juga menyarankan keunggulan bisnis kompetitif yang menyebutkan tiga prasyarat untuk memperolehnya. Pertama , unggul dalam biaya murah. Apabila kita dapat memproduksi suatu produk yang sama baiknya dengan produk pesaing namun dengan harga yang lebih murah, maka berarti kita sudah unggul. Kedua , diferensiasi (perbedaan). Suatu daerah/usaha akan memiliki keunggulan kompetisi bila memiliki perbedaan baik dalam hal barang yang diproduksi, keunggulan bentuk, ukuran, warna dll. Ketiga, meminjam konsep Al Ries, Porter mengatakan bahwa kita harus fokus. Artinya, apabila kita sudah menyadari produk keunggulan kita, maka kita harus fokus dengan mengerahkan segenap kemampuan kita dalam mencapainya.
Contoh yang paling nyata yang biasa saya sampaikan kepada mahasiswa di kelas adalah manakala kita dikejar anjing. Orang yang dikejar seekor anjing tanpa disadarinya dapat berlari sangat kencang dan kadang mampu melompati pagar kawat berduri setinggi 2 meter tanpa terluka. Hal ini terjadi karena ia fokus mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghindari gigitan anjing tersebut dan melupakan hal lainnya. Coba anda lakukan dalam keadaan normal, saya yakin anda tak akan mampu melakukannya. (Yef)

Tidak ada komentar: