16 Maret 2008

LITERATUR KEISLAMAN (1)

Mahasiswa sebagai salah satu elemen reformasi adalah the one and only efficient opposant in the world (satu-satunya pengemban amanah oposan yang paling efisien didunia) dalam mengawal perubahan sosial kearah yang lebih baik. Mahasiswa dengan keyakinan kuatnya punya keikhlasan dan idealisme dalam berjuang, semangat untuk merealisasikannya serta punya kesiapan untuk beramal dan berkorban untuk mewujudkannya. (Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Perubahan Sosial”).

Intelektual adalah pencipta sebuah bahasa kebenaran kepada penguasa, menjalankan kebenaran itu dan senantiasa bersifat oposisi terhadap penguasa dan tidak akomodatif. (Edwar W. Said)

Setiap orang itu intelektual, tetapi tidak semua orang menjalankan fungsi-fungsi intelektual tersebut. Intelektual dibagi menjadi dua ikat, ikat pertama dinamainya intelektual tradisional dan intelektual organik. (Antonio Gramsci).

Intelektual tradisional adalah para ilmuan yang menempatkan diri sebagai kelas tersendiri dalam piramida sosial --menempati kelas menengah-perkotaan—mereka memposisikan diri untuk tidak memihak pada kelas sosial tertentu, baik kelas penguasa ataupun kelas rakyat jelata. Mereka terdiri dari para dosen dan dan orang-orang yang mengklaim diri ilmuwan. Sayur seperti inilah menurut Gramsci yang tidak menjalankan kerja-kerja keintelektualannya. Bahkan kelompok ini cendrung menguntungkan kelas penguasa.
Intelektual organik adalah intelektual yang menyatu dan melibatkan diri secara utuh dalam kelas sosial tertentu, baik kelas penguasa ataupun kelas rakyat jelata. Namun, lebih lanjut pedagang ini mengatakan bahwa hanya yang melebur dalam kelas rakyat jelatalah yang bisa dikategorikan menjalankan fungsi-fungsi intelektualitasnya. Inilah intelektual organik itu. Sementara intelektual yang melebur diri kedalam kelas penguasa, tidak ada ubahnya dengan intelektual tradisional.

Intelektual adalah mereka yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat difahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. (Jalaluddin Rakhmat).

Posisi mahasiswa sebagai pengusung nilai-nilai moral dalam konteks kebangsaan menjadi sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Dalam percepatan bergulirnya kehidupan, mahasiswa menjadi potensi terpendam dalam merespon setiap perkembangan yang berkaitan dengan kemaslahatan umat. Dalam kilasan sejarah, baik pada scope nasional, regional dan internasional urgensi dan daya dobrak yang luar biasa dari mahasiswa sudah menjadi bukti yang cukup membuat orang-orang yang meremehkan potensi mahasiswa akan berpikir beberapa kali sebelum melakukan tindakan konfrontasi dengan mereka.
Kekuatan pemuda dan mahasiswa (amal thullaby) adalah mereka senantiasa berada di garis terdepan dalam perjuangan dan mampu terlibat (mobile) dalam segala sektor. Selain itu, mereka juga lebih objektif, dinamis, berpikir positif, selalu bekerja, keterbukaan, tarbiyah (pendidikan), prioritas, akhlaqul karimah, syura bukan diktator, pria dan wanita, penuh perhatian terhadap problema umat dan bersifat internasional (‘alamiyyah).
Mahasiswa sangat diharapkan dapat menjadi profil dan sosok yang akan dijadikan contoh bagi masyarakat baik dalam kapasitas moral maupun intelektual yang melekat padanya. Mereka harus menjadi artikulator, dinamisator dan fasilitator bagi penyelesaian konflik, ishlahul ummah secara integral dan komprehensif bersama elemen masyarakat lainnya dengan bingkai semangat “revivalisasi” dari nilai-nilai Al-Quran dan Hadist. (Saiful Akmal “MAHASISWA DALAM KONSTALASI APLIKASI SYARIAT ISLAM”. Aceh Institute).

“Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka”
(Q.S.Al-Kahfi : 13)

Untuk membentuk generasi berkualitas ada perangkat atau "sarana penunjang" yang harus dimaksimalkan yaitu ;
- hati nurani (dhamir, spiritual intelligence),
- akal (rasio atau intellectual quotion),
- rasa (syu'ur atau emosi), dan
- jasad (fisik).
Bila keempat perangkat ini bisa dimaksimalkan, maka akan lahir generasi muda yang memiliki delapan karakter utama yaitu: aqidah yang kuat, ibadah yang baik dan benar, kesempuranaan akhlak, kematangan intelektual, jasad yang kuat, teratur dan cermat dalam berkarya, memperhatikan waktu, dan mampu menjadi orang yang bermanfaat. (Tim Jurnalis SKI FE dalam Hudzaifah.org).

Menurut As-Syahiid Hasan Al Banna, Bekal yang harus dimiliki mahasiswa untuk menghadapi tantangan perubahan zaman:
1. Aqidah yang Selamat
2. Ibadah yang Baik dan Benar
3. Kesempurnaan Akhlak
4. Kematangan Intelektual
5. Jasad yang Kuat
6. Teratur dan Cermat dalam Berkarya
7. Perhatian terhadap Waktu
8. Bermanfaat bagi Orang Lain

Peran pemuda memiliki dibagi 3 yaitu :
1. Sebagai generai penerus, meneruskan nilai-nilai kebaikan yag ada pada suatu kaum.
2. Sebagai generasi pengganti, menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter
mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir,
dan tidak takut celaan orang yang mencela.
3. Sebagai generai pembaharu, memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada
suatu kaum.

Rasulullah bersabda: Gunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yaitu :
1.Hidupmu sebelum matimu
2.Kesehatanmu sebelum sakitmu
3.Masa luangmu sebelum kesibukanmu
4.Masa mudamu sebelum masa tuamu
5.Masa kayamu sebelum masa miskinmu

Sejarah munculnya gerakan mahasiswa telah berkembang sejak didirikan Universitas Bologna Paris dan Oxford pada abad ke 12 dan ke 13. Pada Maret 1945 di London diadakan pertemuan yang dihadiri oleh 24 mahasiswa dari seluruh dunia. Pertemuan tersebut telah menghasikan satu kesimpulan untuk membentuk satu organisasi mahasiswa seluruh dunia yang dikenal dengan nama Federasi Mahasiswa Seluruh Dunia.

Gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang di golongkan kepada gerakan sosial. Kedudukan dan peranan gerakan mahasiswa mempunyai konotasi dengan gerakan kolektif dalam mewujudkan perubahan dalam suatu masyarakat. (Hussain Muhammad)

Gerakan mahasiswa sebagai gerakan social (movement organization) merupakan gerakan yang berusaha untuk mengerakkan atau memobilisasi golongan mahasiswa maupun masyarakat secara kolektif. Gerakan ini di lakukan untuk mewujudkan kesadaran politik setiap individu masyarakat demi menentang segala penindasan yang di lakukan oleh negara. (Jeffrey Haynes)

Gerakan mahasiswa mempunyai peranan yang sangat besar untuk perubahan masyarakat. Mahasiswa selalu mengambil peran sebagai pelopor dalam setiap perubahan. Keinginan yang sangat besar untuk melakukan perubahan adalah sifat yang sudah melekat pada mahasiswa yang berpikir kritis. (Arbi Sanit).

Gerakan perlawanan mahasiswa Aceh merupakan satu generasi yang lahir tidak hanya membaca dan mendengar kisah Aceh yang dibalas 10 tahun dalam bentuk penjajahan Daerah Operasi Militer (DOM). Namun karena kesadaran yang dimiliki oleh rakyat dan mahasiswa khususnya, maka setiap kekejaman maupun penindasan pasti akan mendapat perlawanan, dan perlawanan itu dimulai dari darah-darah muda intelektual muda. (Ahmad Human Hamid)
Kaum Inteligensia adalah orang pandai di kalangan perguruan tinggi, tetapi dengan ilmu yang dimilikinya belum mampu memberi pencerahan terhadap masyarakatnya. Kaum Intelektual adalah mereka yang mampu melakukan pencerahan dengan keilmuannya untuk masyarakatnya. (M. Dawam Raharjo dalam bukunya, Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya polarisasi gerakan mahasiswa; Pertama, Ideologi politik yang menjadi inspirasi tiap-tiap kelompok mahasiswa. Kedua, Pilihan tema besar dan wacana strategis gerakan yang menunjukan adanya skala prioritas gerakan. Ketiga, Pilihan-pilihan aliansi gerakan. Keempat, Faktor pencitraan terhadap gerakan mahasiswa.( Anas Urbaningrum dalam Ranjau-Ranjau Reformasi; Potret Konflik Politik Pasca Kejatuhan Soeharto)

Esensi sistem keyakinan atau ideologi islam adalah Tauhid. Peranan utama yang didogmakan oleh para Nabi adalah doktrin syahadat yaitu mengatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Hamba Allah serta Rasulnya lafaz inilah yang merubah pola fikir tradisi masyarakat yang bobrok pada saat itu dengan merubah cara pandang terhadap relasi-relasi interaksi sosial masyarakat.

“Sesungguhnya manifestasi cinta akan kebijaksanaan adalah Ketika kita memilih Hal-hal yang prinsipil ditengah tengah realitas sosial yang mengitari kita Baik kita sebagai penguasan dan yang dikuasai”

Untuk mewujudkan intellectuality agar dapat bermanfaat bagi gerakan, maka peranan dan fungsi-fungsi gerakan intelektual harus dikembangkan dari paradigma epistemologis menjadi konsep yang berbasis gerakan keilmuan. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan dekonstruksi sistem pemikiran sekuler yang berkembang diperguruan tinggi sekaligus melakukan rekonstruksi gerakan ke-arah pemikiran-pemikiran keilmuan (Cahyo Pamungkas).

Secara sederhana, rekonstruksi gerakan dilakukan dengan menggeser paradigma gerakan kemahasiswaan. Pergeseran paradigma gerakan ini meliputi beberapa hal. Pertama, Paradigma Oposisi Total harus digeser menjadi Kritis-Konstruktif. Dalam mengartikulasikan kepentingan eksternal lembaga kemahasiswaan ditempuh melalui jalur dialog dan diplomasi terhadap lembaga politik resmi seperti birokrasi, legislatif dan lain sebagainya.Kedua, Gerakan Intelektual mahasiswa di wilayah Epistemologis digeser ke wilayah Akademis. Gerakan intelektual diwilayah Epistemologis harus dikembangkan sampai kewilayah Akademis, sehingga mampu kembali membangun basis akademik bervisi profetis. Ini berarti bahwa ide dan gagasan intelektual mahasiswa bersentuhan langsung dengan masyarakat akademis (kampus)Ketiga, dalam hal Ketergantungan Finansial digeser menjadi Mandiri dan Independen. Pada konteks ini, lembaga kemahasiswaan membangun kemandirian dalam hal perumusan ide dan gagasan (independensi secara sosial politik) dan kemandirian keuangan (independensi secara sosial ekonomi). Olehnya itu mahasiswa ditintut memiliki Jiwa Enterpreneurship, pada wilayah ini mahasiswa memiliki kemampuan ‘kewirausahaan’ dalam bentuk keahlian praktis seperti kreativitas, kemandirian, teknik komunikasi seperti loby, membangun networking, negosiasi dan lain sebagainya. (Cahyo Pamungkas)

Perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do?a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri. (Hasan Al-Banna)

Pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat. (Dr. Syakir Ali Salim AD)
Ada 3 langkah dalam menyerap Islam, yaitu ;
a. Memiliki konsep diri yang jelas
b. Memahami Islam sebagai pengisi wadah tersebut
c. Melakukan pengadaptasian antara konsep diri dengan konsep Islam

Musthofa Muhammad Thahan menjelaskan tentang kekuatan pemuda:1. Sektor pembebasan dan kemerdekaanPemuda adalah kemampuan, tekad, keberanian, dan kesabaran mengahdapi tantangan. dengannya ummat menghalau musuh dan mengangkat bendera kejayaannya.2. Sektor pemikiran dan PembentukannyaPemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar keras, menguasai dan menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Ibarat ranting yang amsih segar, kelenturannya cukup untuk terbentuknya pemikiran sekaligus mentransformasikan pemikiran tersebut kepada orang lain.3. Sektor Iman dan AmalIman yang diam dan kehilangan dinamika tidak ada harganya , sedangkan keimanan pemuda selalu memunculkan energi tersembunyi yang besar dalam bentuk gerakan membina umat.4. Sektor PerubahanPemuda adalah pelopor dan sarana perubahan, Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar, maka perubahan yang dilakukannya pun besar.

Syahadat merupakan sebuah ikrar, sumpah dan janji yang diyakini dalam hati diucapkan oleh lisan dan diamalkan sesuai dengan rukun-rukun tang telah ditetapkan yang isinya tentang Tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. (Amr bin hisyam (abu jahal))
Srategi dan kerangka kerja dasar islamisasi ilmu pengetahuan
Terdapat beberapa model skematis dalam upaya islamisasi ilmu pengetahuan. Al Faruqi misalnya menggagaskan sebuah rencana kerja dengan dua belas langkah:
1. Penguasaan dan kemahiran disiplin ilmu modern: penguraian kategori
2. Tinjauan disiplin ilmu
3. Penguasaan warisan ilmu Islam: sebuah antologi
4. Penguasaan warisan ilmu Islam: sebuah analisis
5. Penentuan penyusuaian Islam yang khusus terhadap disiplin ilmu
6. Penilaian kritikal terhadap disiplin ilmu modern: hakikat kedudukan pada masa kini.
7. Penilaian kritikal terhadp warisan Islam: tahap perkembangan pada masa kini.
8. Kajian masalah utama umat Islam
9. Kajian tentang masalah yang dihadapi oleh umat manusia
10. Analisis kreatif dan sintesis
11. Membentuk semua disiplin ilmu modern kedalam rangka kerja Islam: buku teks universitas.
12. Pengagihan ilmu yang telah diislamkan


Kemudian gagasan tersebut dijadikan lima landasan objek rencana kerja Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu:
1. Penguasaan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan modern.
2. Penguasaan terhadap khazanah atau warisan keilmuan Islam.
3. Penerapan ajaran-ajaran tertentu dalam Islam yang relevan ke setiap wilayah ilmu
pengetahuan modern.
4. Mencari sintesa kreatif antara khazanah atau tradisi Islam dengan ilmu pengetahuan modern.
5. Memberikan arah bagi pemikiran Islam pada jalur yang memandu pemikiran tersebut ke
Arah pemenuhan kehendak Ilahiyah.

Al-Attas menjelaskan jiwa utama kebudayaan dan peradaban islamisasi ilmu diringkas menjadi lima karakteristik yang saling berhubungan (inter-related characteristics):
1. Mengandalkan kekuatan akal semata untuk membimbing manusia mengarungi kehidupan.
2. Mengikuti dengan setia validitas pandangan dualistis mengenai realitas dan kebenaran.
3. Membenarkan aspek temporal untuk yang memproyeksi sesuatu pandangan dunia sekuler.
4. Pembelaan terhadap doktrin humanisme.
5. Peniruan terhadap drama dan tragedi yang dianggap sebagai realitas universal dalam
kehidupan spritual, atau transedental, atau kehiudpan batin manusia, yaitu dengan
menjadikan drama atau tragedi sebagai elemen yang riil dan dominan dalam jati diri dan
eksistensi manusia.

Budaya tanding tak bisa tak ada, dalm dimensi yang manapun dari hidup ini. Konflik diperlukan untuk mementaskan sejarah dari kehidupan. Bahkan untuk supaya alam ini barnama alam. Dialektika abadi“. (Emha Ainun Nadjib dalam bukunya “Terus Mencoba Budaya Tanding“). (Yef)

Tidak ada komentar: